Translate

الثلاثاء، 12 مارس 2013

biar nggak males''an lagi :) BACA YAA !


anda pemalas baca tips ini supaya tidak malas!!

Malas adalah penyakit mental. Siapa dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari gapaian.
Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam
keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak
tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari
kewajiban, dll. Jika keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali
muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan
jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai
sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.
Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Mengapa disebut
penyakit mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas
memang sangat merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan
kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam
karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang
yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh individu-individu yang malas
tidak jelas tidak akan pernah maju.
Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk
melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas
jenis yang satu ini relatif lebih bisa ditanggulangi. Nah, bagaimana
cara mengatasinya? Berikut kiat-kiatnya:
1. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke
arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki
motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan
layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup,
biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi
atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau
komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak
secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di
sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu,
tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam
keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai
sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan
kemalasan.
Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan-
tujuan hidupnya. Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Agenda Refleksi
dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik (GPU, 2004), dia harus membuat
komitmen atas apa saja yang ingin diselesaikan, dicapai, dimiliki,
dilakukan, dan dinikmati (disingkat secamilanik). Contoh komitmen;
“pada ulang tahun yang ke …. saya sudah harus menyelesaikan buku yang
saya tulis, meraih promosi pekerjaan, mencapai gelar S-3, memiliki
rumah dan mobil, melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara, dan
menikmati kebahagiaan bersama keluarga.”
2. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi
dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi.
Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak
motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan-
tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti
mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau
ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan
membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Contoh; jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi
konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus
difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan
mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis,
mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan
presentasi.
Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten
dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang
benar. Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada
posisi dan lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan
semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen
pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat.
Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas
pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan
kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan,
resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti
lagi. Sayang sekali.
3. Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para
pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan
tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk
hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada
secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat
bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit
sekali bagi para high achiever untuk betah berlama- lama dengan para
orang malas dan pesimistik.
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya.
Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi
mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan,
apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka
dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa
pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas
sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali
tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa
tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada
pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam
diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri
dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan
sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih
impian-impiannya. Manusia-manusia optimis, self- motivated, punya
ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya
memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di sekelilingnya.
Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang
lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi
ikut tergerak.
4. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso,
Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; “Jika kita lunak di dalam,
maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam,
maka dunia luar akan lunak kepada kita”. Kata-kata mutiara yang luar
biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri
sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka
banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri
sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir
para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap
disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa
menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada
pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau
bolos kerja?
Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri,
memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah
jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak
bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara.
Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang
konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan
pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran PHK. Jika kita
lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan
kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut.
Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika
kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan
tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan
mempermudah munculnya rasa malas.
Sumber: Rasa Malas dan Cara Mengatasinya oleh Edy Zaqeus. Edy Zaqeus
telah menelorkan buku “Kontekstualisasi Ajaran I Ching” (Grasindo,
2004), dan dua buku lainnya yaitu “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah”
(Gradien, 2004), dan “Resep Cespleng Berwirausaha” (Gradien, 2004).

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق